lppmuinjember@gmail.com 085204552324

SEMINAR LITERASI PESANTREN: REKTOR, PADUKAN RASIONALITAS JERMAN DAN SPIRITUALITAS MEKKAH

Home >Berita >SEMINAR LITERASI PESANTREN: REKTOR, PADUKAN RASIONALITAS JERMAN DAN SPIRITUALITAS MEKKAH
Diposting : Sabtu, 14 Sep 2024, 16:09:23 | Dilihat : 120 kali
SEMINAR LITERASI PESANTREN: REKTOR, PADUKAN RASIONALITAS JERMAN DAN SPIRITUALITAS MEKKAH


Sabtu, 14 September 2024, bertempat di Gedung Kuliah Terpadu UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember, seminar pesantren bertema "Penguatan dan Pengembangan Literasi Pesantren" Dilaksanakan.Acara ini dihadiri oleh tokoh-tokoh penting, termasuk Prof. Dr. KH. Hepni, MM, Rektor UIN KHAS Jember, dan Prof. Dr. M. Husna Amal, M.Si, Wakil Rektor 1 Bidang Akademik.

Seminar ini menghadirkan narasumber utama, Prof. Dr. H. Abd A’la, M.Ag, Rois Syuriah PBNU 2022-2027 dan Khadim Ponpes Annuqayah Latee Sumenep, serta K. M. Musthafa, M.A, Wakil Rektor 4 Universitas Annuqayah.Turut hadir pula Lora Itqon Syauqi, Anggota DPRD Jember; Ust. Hafidz, M.Pd.I, Ketua Ikatan Alumni Annuqoyah; Kepala Kemenag PLT Jember dan Lumajang Dr. H. Muhammad Muslim, M.Sy; Dr. Mustain Billah, M.Pdi, Kasi Pontren Kemenag Jember; KH. Sanusi, Pengasuh Pesantren Miftahul Ulum Kalisat; serta mahasiswa dan mahasantri Ma’had Al Jami’ah UIN KHAS Jember.

Ketua Panitia sekaligus Kepala Pusat Studi Pesantren LP2M UIN KHAS Jember, Lora Ahmad Badrus Sholihin, MA, menyampaikan, "Acara seminar ini merupakan hasil kolaborasi antara Pusat Studi Pesantren dengan berbagai instansi, termasuk Kemenag dan Ikatan Alumni Annuqayah. Tujuan dari seminar ini adalah untuk menggali potensi dan pemikiran pesantren guna memberikan kontribusi positif bagi kampus dan masyarakat serta mempererat silaturahmi antara pesantren dan institusi pendidikan. Selain itu, acara ini juga diisi dengan penyerahan penghargaan kepada santri pemenang lomba karya ilmiah, cerpen, dan puisi."Lora Badrus menambahkan, "Dengan partisipasi 200 peserta dari pesantren se-Jawa Timur, diharapkan kegiatan ini dapat berkembang ke tingkat nasional dan menghasilkan publikasi berkualitas dalam rangka memperingati Hari Santri pada 22 Oktober mendatang. Terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung acara ini."

Dalam sambutannya, Prof. Dr. Hepni, M.Ag, mengungkapkan bahwa seminar ini merupakan kesempatan untuk mengeksplorasi berbagai jenis pesantren di Indonesia, mulai dari pesantren spiritual hingga pesantren virtual dan kewirausahaan. Beliau menekankan pentingnya integrasi antara rasionalitas ilmiah ala Jerman dengan nilai-nilai spiritualitas tradisi Mekkah. "Rasionalitas membantu pengelolaan pesantren secara objektif dan terukur, sedangkan spiritualitas menjaga agar pesantren tetap berpegang pada prinsip-prinsip agama dan moral," jelasnya. Prof. Hepni juga menggarisbawahi pentingnya kolaborasi antara berbagai disiplin ilmu dalam mengembangkan literasi pesantren, agar dapat menghadapi tantangan zaman dengan lebih adaptif.

K. M. Musthafa, M.A., berbagi pengalamannya dalam mengelola sumbangan buku untuk kegiatan literasi di pesantren selama 10 tahun terakhir. Namun, ia mengkhawatirkan relevansi buku-buku tersebut di era digital. "Minat membaca, terutama di kalangan santri dan mahasiswa, semakin menurun karena era disrupsi teknologi. Bacaan panjang kini kurang diminati karena informasi dan hiburan lebih mudah diakses melalui perangkat digital," ungkapnya.K.M Musthafa menekankan bahwa disrupsi teknologi telah mengubah cara kita berinteraksi dan berkonsentrasi, mengurangi kemampuan untuk berpikir konsentrasi, kritis, reflektif dan mendalam. Ia menyarankan pesantren untuk kembali ke metode pembelajaran tradisional yang mendukung konsentrasi dan pemahaman mendalam tersebut.

Prof. A'la menegaskan pentingnya budaya literasi di pesantren, baik bagi santri maupun pesantren itu sendiri. Ia menyatakan, "Saya ingin mengungkapkan kekaguman saya terhadap tokoh-tokoh besar dalam sejarah pesantren, seperti Syeikh Nawawi Al-Bantani, Syeikh KH. Hasyim Asy'ari, dan Gus Dur. Meskipun Gus Dur pernah membaca Das Kapital karya Karl Marx, ia tidak menjadi seorang Marxis. Sebaliknya, DN Aidit, yang bukan seorang santri, setelah membaca buku tersebut menjadi seorang Komunis. Ini menunjukkan bahwa latar belakang pesantren dapat mempengaruhi cara seseorang memaknai dan menggunakan pengetahuan yang didapat."itulah bedanya santri dan bukan santri. Prof. A'la menambahkan bahwa literasi merupakan alat penting dalam memperkuat jati diri bangsa dan menyebarkan nilai-nilai akhlak mulia. Namun, ia juga mengamati tantangan hilangnya budaya literasi akibat disrupsi teknologi, yang mendorong santri lebih bergantung pada informasi instan dan mengurangi kedalaman berpikir.

Seminar ini diharapkan dapat menjadi momentum untuk memperkuat budaya literasi di pesantren dan masyarakat, serta memastikan pesantren tetap menjadi pusat peradaban yang berperan aktif dalam membangun moral dan intelektualitas generasi penerus. Dengan adanya kesadaran ini, diharapkan pesantren dapat terus berkembang dan tetap relevan dalam era digital, sekaligus menjaga nilai-nilai tradisional yang menjadi ciri khasnya.(DSK)

 

Berita Terbaru

PSGA LP2M UIN KHAS JEMBER GELAR "SULUH KE-16 MUNAS PSGA 1" BAHAS PP 28 TAHUN 2024
17 Sep 2024By oprlppm
LAUNCHING BUKU DAN TEBAR IKAN NILA: BEST PRACTICE MODERASI BERAGAMA DI LERENG GUNUNG RAUNG
17 Sep 2024By oprlppm
SEMINAR LITERASI PESANTREN: REKTOR, PADUKAN RASIONALITAS JERMAN DAN SPIRITUALITAS MEKKAH
14 Sep 2024By oprlppm

Agenda

Informasi Terbaru

Belum ada Informasi Terbaru

Lowongan

;